Senin

Arung Jeram di Sungai Cikandang


Sungai Cikandang terletak di kaki Gunung Api Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sungai itu mengalir mulai dari kawasan pegunungan dan perkebunan teh, kemudian berakhir di tepi pantai Rancabuaya, Garut Selatan. Obyek ini berjarak 36 km dari pusat Kecamatan Pakenjeng. Dari Bandung, perjalanan ditempuh selama sekitar tiga jam.

Start petualangan arung jeram ini dimulai dari Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng. Alat transportasi yang dapat dipakai untuk mencapai objek ini selain kendaraan pribadi adalah mikro bus jurusan Garut Pameungpeuk dengan tarif Rp 6 ribu. Lokasinya sendiri berbatasan di sebelah utara dengan Kecamatan Pamulihan, barat dengan Kecamatan Bungbulang, selatan dengan Samudera Indonesia dan timur dengan daerah Cisompet dan Cikajang.

Jalan menuju lokasi ini terkadang menanjak dan menurun dengan membelah kabut di tengah perkebunan teh. Selepas kelokan tajam yang menurun, ditemui perkampungan Desa Sukamulya, yang masih banyak terlihat para pemetik teh karena daerah itu memang penuh dengan perkebunan the.

Sungai Cikandang punya karakteristik yang berbeda dengan sungai lainnya di daerah Bandung lainnya. Pasalnya sungai tersebut memiliki tingkat kemiringan yang cukup ekstrem, namun kondisi geografis itu terbayar dengan keindahan alam yang tiada duanya,. Sungai ini dinilai punya tingkat kesulitan 3-4.

Sungai Cikandang sering disebut sebagai favorit petualang gara-gara debit airnya yang cenderung stabil. Walau surut saat kemarau, jeram sungai ini tak banyak yang hilang. Jeram ber-grade tiga masih bisa dinikmati. Di Sungai Cikandang tak kenal musim pengarungan.

Di Sungai Cikandang, para pengarung tidak akan pernah perlu menunggu lama untuk mendapatkan jeram. Beberapa meter dari lokasi start, sudah terdapat jeram selamat datang. Selain itu masih banyak lagi sederet jeram dengan tingkat kesulitan tinggi yang selalu menunggu. Seperti Jeram Bangkai, Jeram Sobek, Jeram Erlan Hole, Jeram Tepung, Jeram Batu Nunggul, Jeram Panjang, Jeram Anis, Jeram Parakan Lubang dan Jeram Goodbye.

Perahu karet yang digunakan harus diturunkan dengan menggunakan tali dari atas jembatan. Pasalnya untuk mencapai titik awal pengarungan itu, sulit mendapatkan posisi yang mudah mengingat lokasinya memiliki kemiringan tajam. Membuat siapa saja yang akan memulai pengarungan harus berjalan hati-hati dengan mengikuti alur lereng yang cukup dalam.

Sekitar 15 menit selepas titik awal pengarungan di jembatan Pakenjeng, laju perahu akan mulai menemui petualangan sesungguhnya dengan belokan tajam sembari diiringi arus yang kuat menabrak tebing, hingga awak perahu harus berpikir melintasinya. Pasalnya salah perhitungan sedikit, akan membuat perahu bisa terbalik dan yang paling dikhawatirkan adanya lubang akibat arus (under cut) yang akan membuat awak perahu terperangkap.

Kelokan tajam itu seakan menjadi tanda ujian adrenalin yang sesungguhnya sudah dimulai karena sesekali perahu sering terombang-ambing oleh gelombang pecah. Tingkat kecermatan perhitungan harus benar-benar dikeluarkan demi terbebas dari liarnya arus Sungai Cikandang yang terkenal eksotik tersebut.

Tidak lama dari melintasi belokan tajam itu, rintangan kembali hadir di depan mata karena terpampang di depan hole yang panjang hingga menyerupai tangga dengan di kanan-kiri tebing. Selepas dari itu bukan berarti tim pengarung jeram dapat berlama-lama menarik nafas lega, karena di depan sudah menganga kembali hole yang hampir menyerupai air terjun membuat perahu harus terbang mirip pesawat yang tinggal landas.

Ketegangan itu sedikit terobati dengan indahnya pemandangan karena sesekali di kiri kanan lintasan pengarungan, terdapat air terjun yang menggelontorkan air jernih sembari dilatar belakangi punggungan gunung serta sesekali sawah yang tertata rapi milik penduduk. Tebing-tebing batuan andesit dengan selingan akar pohon tua akan sering memanjakan mata ketika pengarungan.

Sesekali anggota tim menemui warga yang kebetulan berada di tepi sungai, merekapun melambaikan tangannya dan senyuman ramah khas tanah Parahyangan (tempat para dewa).

Setelah pengarungan sekitar 1,5 jam, perahu pun dipinggirkan untuk beristirahat menikmati makanan dan minuman yang sudah disiapkan di awal pengarungan.

Setelah itu perahu pun mulai bergerak kembali mengikuti alunan standing waves (arus tegak), awak perahu masih bisa menarik nafas, namun tidak lama kemudian tim harus menemui kembali hole panjang mirip tangga. Perahu harus bermanuver ke arah kiri karena tepat di kanan hole terpampang hole dalam.

Pengarungan terus berlanjut, dengan kiri kanan terpampang punggungan gunung yang semakin menurun. Selepas belokan terakhir tampaklah pemandangan indah kembali berupa lautan lepas setelah melewati Jembatan Rancabuaya atau Cijayanti. Mengarungi sungai selama tiga jam serasa tidak terasa dan terbayar lunas dengan beristirahat di tepi pantai, sembari menikmati lautan lepas Samudera Hindia.

Namun sayangnya potensi wisata yang luar biasa ini, belum begitu dilirik oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut. Di Kecamatan Pakenjeng belum terdapat sarana akomodasi, rumah makan ataupun fasilitas-fasilitas wisata lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan makan-minum wisatawan hanya tersedia beberapa warung kecil. Apabila pengunjung ingin bermalam dapat menggunakan fasilitas akomodasi terdekat yang terletak di Kecamatan Pameungpeuk yang lokasinya cukup jauh dari Pakenjeng. Jauhnya perjalanan ke lokasi start juga menjadi hambatan tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar